Implikasi Asas Personalitas Keislaman Terhadap Penyelesaian Sengketa Antara Muslim dan Non-Muslim di Pengadilan Agama
Keywords:
UU Peradilan Agama, Muslim, non-Muslim, personalitas keislaman, sengketa lintas agamaAbstract
       Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui implikasi asas personalitas keislaman dalam memberikan peluang kepada orang non-Muslim untuk beracara di Pengadilan Agama apabila terjadi sengketa antara Muslim dan non-Muslim. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis permasalahan ini adalah menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis digunakan untuk mengkaji pasal perundang-undangan yang mengatur tentang Pengadilan Agama baik dalam UU Peradilan Agama dengan segala perubahannya, KHI, Peraturan-Peraturan Mahkamah Agung, dan juga Yurisprudensi. Selanjutnya, pendekatan normatif digunakan untuk mengungkap asas hukum yakni personalitas keislaman dalam lingkungan Pengadilan Agama guna mengetahui implikasinya dalam membuka peluang bagi non-Muslim beracara di Pengadilan Agama apabila terjadi sengketa antara Muslim dan non-Muslim. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa asas personalitas keislaman dalam lingkungan Peradilan Agama berperan dalam memberikan peluang terhadap non-Muslim untuk dapat beracara di Pengadilan Agama terkait sengketa perceraian, waris, dan ekonomi syariah.
Kata Kunci: UU Peradilan Agama, Muslim, non-Muslim, personalitas keislaman, sengketa lintas agama
Â
This paper aims to determine the implications of the principle of Islamic personality in providing opportunities for non-Muslims to proceed in the Religious Courts in the event of a dispute between Muslims and non-Muslims. The approach used in analyzing this problem is using the historical-juridical approach. The historical approach explains the background of the establishment of the Religious Courts, while the juridical approach is used to examine the articles governing the absolute authority of the Religious Courts, the principles of Islamic personality, both in the Law on Religious Courts with all their amendments, KHI, Supreme Court Regulations, and Jurisprudence. The results obtained from this study are historical, the Religious Courts existed long before the Law on Religious Courts was formed because of the role of Islamic kingdoms before the Dutch colonized. While juridically, the Islamic Personality Principle in the Religious Courts environment provides opportunities for non-Muslims to hold proceedings in the Religious Courts regarding divorce, inheritance, and sharia economic disputes.
 Keywords: Religious Courts, Muslims, non-Muslims, Islamic -ersonality, interfaith disputes
Downloads
References
Daftar Pustaka
Abdur Rahman Adi Saputera. (2021). Dilematika Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah dan Refleksi Hukum Islam Bagi Non Muslim Yang Bersengketa. Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, 2(3), 173-183. https://doi.org/https://doi.org/10.24252/iqtishaduna.v2i2.15630.
Al Hakim, I. (2014). Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama. Pandecta: Research Law Journal, 9(2), 269-287. https://doi.org/10.15294/pandecta.v9i2.3580.
Andi Saputra. (2020). Pengadilan Agama Digugat karena Hanya Adili Orang Islam Bukan Hal Baru. Detik.Com. https://news.detik.com/berita/d-5012901/pengadilan-agama-digugat-karena-hanya-adili-orang-islam-bukan-hal-baru.
Arif, M. R. (2017). Pemberian Wasiat Wajibah Terhadap Ahli Waris Beda Agama (Kajian Perbandingan Hukum Antara Hukum Islam dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 368.K/AG/1995). De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 351-372. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30596%2Fdll.v2i2.1161.
Aryani, A. M. (2021). Penetapan Ahli Waris Non-Muslim dan Bagiannya Melalui Wasiat Wajibah di Pengadilan Agama Klaten Ditinjau dari Hak Asasi Manusia (Analisis Putusan Nomor 0584/Pdt.G/2018/PA.Klt dan Putusan Nomor 1884/Pdt.G/2018/PA.Klt).
Bisri, C. H. (2000). Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Erandhi Hutomo Saputra. (2020). UU Peradilan Agama Digugat Ke MK Karena Hanya Adili Warga Muslim. Kumparan.Com. https://kumparan.com/kumparannews/uu-peradilan-agama-digugat-ke-mk-karena-hanya-adili-warga-muslim-1tP7hn5Ma4R/full.
Fachri Audhia Hafiez. (2020). UU Peradilan Agama Digugat. Medcom.Id. https://www.medcom.id/nasional/politik/ObzM0DZN-uu-peradilan-agama-digugat.
Fatmawati, F. (2017). Kewenangan Peradilan Agama dalam Memutus Perkara Perceraian Akibat Murtad. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(1), 26-33. https://doi.org/10.17977/um019v2i12017p026.
Gani, A. (1994). Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia. Gema Insani Press.
Halim, A. (2022). Non-Muslims in the Qanun Jinayat and the Choice of Law in Sharia Courts in Aceh. Human Rights Review, 23(2), 265-288. https://doi.org/10.1007/s12142-021-00645-x.
Hamami, T. (2003). Kedudukan dan Eksistensi Peradilan Agama dalam Sistem Tata Hukum di Indonesia. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Harahap, Y. (2001). Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama. Jakarta: Sinar Grafika.
Hisyam, M. (2001). Caught between Three Fires: the Japanese Penghulu Under the Dutch Colonial Administration 1882-1942. INIS.
Ihsani, M. H. (2021). Diskriminasi dalam Kehidupan Beragama di Indonesia. Nomos : Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, 1(2), 33-43.
Imron Rizki, S. S. & A. M. (2021). Indonesia Journal of Criminal Law ( IJoCL ). Indonesia Journal of Criminal Law, 3(1), 24-32. https://doi.org/https://doi.org/10.31 960/ijocl.v2i2. 431.
Kadi Sukarna & Jevri Kurniawan Hambali. (1991). Jurnal Ius Constituendum Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 | 170. Urnal Ius Constituendum, 2(2), 170-182. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26623/jic.v2i2.659.
Khalisha, N., & Zubaedah, R. (2021). Ketentuan Penyerahan Wasiat Wajibah Kepada Ahli Waris Yang Berbeda Agama di Pengadilan dan Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor 0024 / Pdt . P / 2016 / PA . Bks. El-Faqih: Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, 7(2), 1-24. https://doi.org/https://doi.org/10.29062/faqih.v7i2.238.
Lahati, T. (n.d.). Kokohkan! Eksistensi Peradilan Agama di Negeri +62. Pa-Tilamuta.Go.Id. Retrieved August 30, 2002, from https://pa-tilamuta.go.id/artikel/261-kokohkan-eksistensi-peradilan-agama-di-negeri-62.
Liliweri, A. (2005). Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: LKis.
Lukito, R. (2012). Tradisi Hukum Indonesia. IMR Press.
Mahmood, T. (1972). Family Law Reform In The Muslim World. N.M. Tripathi PVT.
Mardani. (2010a). Hukum Acara Perdata & Mahkamah Syar'iyah (2nd ed.). Jakarta: Sinar Grafika.
Mardani. (2010b). Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah Syar'iyah. Jakarta: Sinar Grafika.
Muhammad Alif Ilham Ramadhan. (2019). Permohonan Perubahan Biodata Akta Nikah karena Murtad. Sakina: Journal of Family Studies, 3(4), 1-11.
Musthofa. (2005). Kepaniteraan Pengadilan Agama. Jakarta: Penerbit Kencana.
PERMA No 14, (2016).
Putusan Nomor 93/PUU-X/2012, 1 (2012).
Rahmawati, E. (2016). Penerapan Asas Personalitas Keislaman di Pengadilan Agama. Al' Adl, 10(2), 157-172. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31602/al-adl.v10i2.1361.
Ramulyo, M. I. (1991). Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama. Ind-Hill.Co.
Rasyid, R. A. (2006). Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rizal, M. C. (2021). Pihak Nonmuslim dalam Praktik Peradilan Agama di Indonesia. Opini Hukum dan Hak Asasi Manusia, 1, 25-30. https://repositori.lshp.or.id/index.php/opini/article/view/33.
Rumagit, S. K. (2013). Kekerasan dan Diskriminasi Antar Umat Beragama di Indonesia. Lex Administratum, 1(2), 56-65.
Setiawan, E. (2017). Penerapan Wasiat Wajibah Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam Kajian Normatif Yuridis. Muslim Heritage, 2(1), 43-62. https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v2i1.1045.
Setyawan, R. (2019). Wasiat Wajibah , Nonmuslim dan Kemaslahatan Hukum : Studi Putusan MA Tahun 1995-2010. Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum, 53(1), 31-57. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14421/ajish.2019.53.1.31-57.
Simanjuntak, E. (2019). Peran Yurisprudensi dalam Sistem Hukum di Indonesia. Jurnal Konstitusi, 16(1), 83-104. https://doi.org/10.31078/jk1615.
Sukirno, S. (2018). Diskriminasi Pemenuhan Hak Sipil Bagi Penganut Agama Lokal. Administrative Law and Governance Journal, 1(3), 231-239. https://doi.org/10.14710/alj.v1i3.231-239
Sulaikin Lubis, Wismar 'Ain Marzuki, dan G. D. (2006). Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia (2nd ed.).
Suleman, Z. (2013). Asas Personalitas Keislaman dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Al-Mizan, 9(1), 181-192. https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/am/article/view/142
Supanto. (2007). Delik Agama (1st ed.). UNS Press.
Susylawati, E. (2014). Penerapan Hukum Waris Islam dalam Perkara Waris di Pengadilan Agama Pamekasan. Al-Ihkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 9(2), 315-337. https://doi.org/https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v9i2.474.
The Moroccan Family Code (Moudawana) of February 5 , 2004, (2005).
UU Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, 1 (2010).
UU No 3, 1 (2006).
UU No 48, (2009).
UU No 7, (1989).
Wirawan, I. P. W., Budiartha, I. N. P., & Ujianti, N. M. P. (2020). Putusan Pengadilan Agama Badung Nomor 0166/Pdt.G/2017/PA. Bdg Tentang Cerai Gugat Karena Salah Satu Pihak Berbeda Agama. Jurnal Preferensi Hukum, 1(2), 133-138. https://doi.org/10.22225/jph.1.2.2350.133-138
Zahraa, M. (n.d.). Legal Personality In Islamic Law. 193-206.
Zahrah, A. (1978). Syarh Qânûn al-Washiyyah. Dâr al-Fikr al-‘Arabî.
Zuhriah, E. (2009). Peradilan Agama Indonesia (Sejarah Pemikiran dan Realita). UIN-Malang Press.