Actualization of Pancasila Values in The Tahlilan Tradition in Sapen Village Yogyakarta
Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Tradisi Tahlilan di Kampung Sapen Yogyakarta
Keywords:
Pancasila values, tahlilan, SapenAbstract
This study aims to describe how Pancasila values are implanted ​​in the tahlilan tradition in Kampung Sapen Yogyakarta. This study employs a qualitative descriptive method using interviews with several figures in Kampung Sapen. The study finds that the tahlilan tradition among Sapen community enables to instill Pancasila values, including: 1) theological awareness of the existence of God Who Creates and Destroys; this is the practice of Divine values/the first pillar; 2) the expression of sympathy for the bereaved family, and a congregational prayer for the deceased; this is the practice of the second pillar; 3) the gatherings that reflect a sense of brotherhood and unity/the third pillar; 4) a full obedience to the leader of tahlil can be seen as the practice of the fourth pillar; 5) Equality of seats, food and duties shows the practice of justice within the community. Tahlilan in Kampung Sapen has been practiced since the 1950s. For the people of Sapen, tahlilan plays as a hub of friendship and da'wah.
Keywords: Pancasila values, tahlilan, Sapen
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi nilai-nilai Pancasila dalam tradisi tahlilan di Kampung Sapen Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara terhadap beberapa tokoh dari penduduk Sapen yang representatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam tradisi tahlilan terdapat pengamalan nilai-nilai Pancasila yang selama ini dipraktikkan oleh masyarakat, yaitu: 1) kesadaran teologi akan adanya Tuhan yang Maha Menciptakan dan Mematikan manusia dan seluruh makhluk-makhluknya, ini adalah pengamalan dari nilai ketuhanan; 2) adanya simpati pada keluarga yang berduka, dan doa bersama untuk meminta kebaikan untuk sang almarhum, adalah pengamalan sila kedua; 3) berkumpulnya semua lapisan masyarakat dalam suatu majlis menunjukkan sikap persaudaraan dan persatuan yang kokoh; 4) kepatuhan dan ketundukan pada sang pemimpin tahlil meruPakan pengamalan dari sila keempat; 5) persamaan tempat duduk, makanan dan tugas menunjukkan keadilan yang nyata di tengah-tengah masyarakat. Tahlilan di Kampung Sapen telah ada sejak tahun 1950-an. Tahlilan bagi masyarakat Sapen berfungsi sebagai wadah silaturrahmi dan dakwah. Fenomena tradisi tahlilan di kampung Sapen membantah anggapan yang mengatakan bahwa warga Muhammadiyah tidak melaksanakan tahlilan.
Kata Kunci: nilai-nilai Pancasila, tahlilan, Sapen