Post-Theistic Negotiation Between Religion And Local Customs: Roles Of Indigenous Local Faiths In Lombok Island: Study Of Epistemology And Sociology Of Knowledge
Negosiasi Post-Theistik Penghayat Kepercayaan Lokal Dalam Mendialogkan Agama Dan Adat di Pulau Lombok: Studi Epistemologi dan Sosiologi Pengetahuan
DOI:
https://doi.org/10.47655/dialog.v43i2.388Keywords:
Post-theistic negotiation, Indigenous local faith, religion and tradition dialogueAbstract
This article describes post-theistic negotiation conducted by the followers of indigenous local faith in Lombok Island. This study is a qualitative research method based on epistemological and sociological perspectives. This research found: first the epistemological structure developed by indigenous religion's followers is constructed in the frame of established epistemological cycles; second, social reality construct within Lombok community is dynamic supported by local belief, intellectual maturity, intellectual maturity, and social awareness. Third, religion and local customs have compatible relations. Post-theistic negotiation is seen as a means to boast inter- faith dialogue.
Tulisan ini membahas tentang negosiasi post-theistik penghayat kepercayaan lokal dalam mendialogkan agama dan adat di Pulau Lombok. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, melalui analisis epistemologi dan sosiologi pengetahuan, penelitian berkesimpulan: Pertama, formasi epistemologi yang dikembangkan para penghayat kepercayaan lokal menujukkan model persinggungan epistemologis yang menunjukkan kemapanan dalam tiap-tiap lingkaran epistemologis. Kedua, konstruksi realitas sosial yang mengelilingi individu maupun komunitas masyarakat Lombok bergerak dalam lingkaran sosial yang dinamis dimana warisan kepercayaan lokal, kemapanan intelektual, kepekaan sosial telah memberikan warna pada bangunan sosial mereka saat ini. Ketiga, agama dan adat tidak boleh dipertentangkan tanpa melalui proses intelektual dan sosial yang panjang. Negosiasi post-theistik adalah mekanisme penting yang layak digunakan dalam dialog antar keyakinan secara khusus dan dialog agama-agama secara umum guna menuju suatu tatanan masyarakat dialog yang mapan.
Downloads
References
Abdullah, A. (2012). Studi Islam di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aljabiri, A. (2009). Bunyatul Aqlil Aroby: Dirosah Tahliliyah Naqdiyah li Nazhmil Ma'rifah fits Tsaqofatil Arobiyah. Beirut: Baitun Nahdlah.
Avoneus, L. (2004). . Reforming Wetu Telu : Islam, Adat, and The Promises Of Regionalism In Post-New Order Lombok. Helsinki: Yliopistopaino.
Berger , Luckmann. (1967). The Social Construction of Reality. London: Penguin Books.
Budiwanti, E. (2000). Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima. Yogyakarta: LkiS.
Fanani, M. (2008). Metode Studi Islam Aplikasi Sosiologi Pengetahuan sebagai Cara Pandang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fletcher, R. (2020, Januari). Auguste Comte French Philosopher. Diambil kembali dari Encyclopaedia Britanica: britanica.com
Hakiki, K. M. (2011). Politik Identitas Agama Lokal : Studi Kasus Aliran Kebatinan. Jurnal Analisis.
Harvey, G. (2000). Indegenous Religions: A Companion. London: Willington House.
Hauser, B. (2014). Between Harmony and Discrimination: Negotiating Religious Identities Within Majority-Minority Relationship in Bali and Lombok. Leiden: Brill.
Indonesia, C. (2018). Penganut Wetu Telu Menepis Stigma. Jakarta: CNN Indonesia.
InsideLombok. (2019, Oktober). Mengenal Budaya Lombok melalui Pesona Budaya Desa Pengadangan. Diambil kembali dari Inside Lombok: insidelombok.id
Jamaluddin. (2011). Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935; Studi Kasus terhadap Tuan Guru. Jakarta: Puslitbang Kemenag.
Kabir, G. M. (2020, Januari). Paradigma Agama Leluhur. Diambil kembali dari CRCS UGM: crcs.ugm.ac.id
Kettler, M. (2008). Karl Menheim and The Sociology of Knowledge. Dalam S. Ritzer, Handbook of Social Theory. London: Sage Publications.
Makhmudah, S. (2016). Mensinergikan Nilai-Nilai Keagamaan dengan Kearifan Lokal sebagai Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani (Studi Kasus Komunitas Keagamaan Kejawen di Desa Bajulan Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk). Falsafa: Jurnal Studi Keislaman.
Maryaeni. (2012). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Moustakas, C. E. (1994). Phenomenological Research Methods. Sage: Thousand Oaks.
Mujib, Rumahuru. (2010). Paradigma Transformatif Masyarakat Dialog Membangun Fondasi Dialog Agama-agama Berbasis Teologi Humanis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .
Ricklefs, M. C. (2008). Religius Reform and Polarization In Java. Isim Review: Migrants, Minorities and The Mainstream.
Shand, K. W. (tanpa tahun). Neither East Nor West: from Orientalism to Postcoloniality. Dalam Neither East nor West: Postcolonial Essays on Literature, Culture and Religion. Huddinge: Sodertons Hongskola.
War'i, M. (2016). Formasi Nalar Islam Nusantara: Upaya Meneguhkan Paradigma Pengkajian Islam Berkeindonesiaan. Dalam Ardiantoro, Islam Nusantara Inspirasi Peradaban Dunia (hal. 259-274). Jakarta: LTN PBNU.
Wernick, A. (2003). August Comte and The Religion of Humanity: The Post-theistic Program of French Social Theory. New York: Cambridge University Press.