Post-Theistic Negotiation Between Religion And Local Customs: Roles Of Indigenous Local Faiths In Lombok Island: Study Of Epistemology And Sociology Of Knowledge
Negosiasi Post-Theistik Penghayat Kepercayaan Lokal Dalam Mendialogkan Agama Dan Adat di Pulau Lombok: Studi Epistemologi dan Sosiologi Pengetahuan
Keywords:
Post-theistic negotiation, Indigenous local faith, religion and tradition dialogueAbstract
This article describes post-theistic negotiation conducted by the followers of indigenous local faith in Lombok Island. This study is a qualitative research method based on epistemological and sociological perspectives. This research found: first the epistemological structure developed by indigenous religion's followers is constructed in the frame of established epistemological cycles; second, social reality construct within Lombok community is dynamic supported by local belief, intellectual maturity, intellectual maturity, and social awareness. Third, religion and local customs have compatible relations. Post-theistic negotiation is seen as a means to boast inter- faith dialogue.
Tulisan ini membahas tentang negosiasi post-theistik penghayat kepercayaan lokal dalam mendialogkan agama dan adat di Pulau Lombok. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, melalui analisis epistemologi dan sosiologi pengetahuan, penelitian berkesimpulan: Pertama, formasi epistemologi yang dikembangkan para penghayat kepercayaan lokal menujukkan model persinggungan epistemologis yang menunjukkan kemapanan dalam tiap-tiap lingkaran epistemologis. Kedua, konstruksi realitas sosial yang mengelilingi individu maupun komunitas masyarakat Lombok bergerak dalam lingkaran sosial yang dinamis dimana warisan kepercayaan lokal, kemapanan intelektual, kepekaan sosial telah memberikan warna pada bangunan sosial mereka saat ini. Ketiga, agama dan adat tidak boleh dipertentangkan tanpa melalui proses intelektual dan sosial yang panjang. Negosiasi post-theistik adalah mekanisme penting yang layak digunakan dalam dialog antar keyakinan secara khusus dan dialog agama-agama secara umum guna menuju suatu tatanan masyarakat dialog yang mapan.